Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search
Journal : Indonesian Journal of Obstetrics

Penggunaan Magnesium Sulfat untuk Menurunkan Angka Kejadian Cerebral Palsy pada Bayi Prematur Herry Aktyar Matondang; Jusuf Sulaeman Effendi; Budi Handono; Andi Kurniadi
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 1 Nomor 1 Maret 2018
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (617.804 KB) | DOI: 10.24198/obgynia.v1n1.44

Abstract

AbstrakLatar belakang: Magnesium Sulfat merupakan senyawa kimia yang sudah banyak terbukti manfaatnya pada kehamilan. Selain digunakan sebagai obat anti kejang, dan obat tokolitik pada kontraksi prematur, magnesium sulfat berperan banyak pada proses intraseluler, diantaranya sebagai agen vasodilator pembuluh darah otak, menurunkan reaksi inflamasi, seperti sitokin dan zat radikal bebas, serta mencegah masuknya ion kalsium kedalam sel.  Prematuritas merupakan masalah serius karena hampir sebagian besar dari neonatus yang berhasil hidup akan mengalami kecacatan neurologis kongenital termasuk cerebral palsy (CP).Metode: Analitik korelatif dengan desain cross sectional. Subjek penelitian adalah pasien dengan diagnosa cerebral palsy yang melakukan pemeriksaan ke Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, dengan riwayat lahir prematur. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah total sampel 30 pasien. Analisis data secara statistik menggunakan uji Chi-square.  Hasil: Penelitian menunjukkan 7 (23,3%) pasien anak dengan diagnosa cerebral palsy memiliki riwayat ibu hamil dengan pemberian magnesium sulfat (MgSO4), dan 23 (76,6%) pasien dengan diagnosa cerebral palsy memiliki riwayat ibu hamil tanpa pemberian magnesium sulfat (MgSO4). Hasil analisa data dengan menggunakan uji Chi-square  didapatkan ρ-value 0,001< α = 0,05.Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan dari pemberian magnesium sulfat pada ibu hamil terhadap angka kejadian cerebral palsy pada bayi prematur di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. The Used of Sulfate Magnesium  to Reduce Incidence of Cerebral Palsy on Preterm BirthAbstractObjective: Magnesium Sulfate is a chemical compound that has been widely used in pregnant women and has proven benefits to the condition of pregnancy.  Prematurity is a serious problem because most of the successful neonates will experience congenital neurological disability including cerebral palsy (CP).Method: This research is a kind of analytic correlative research with cross sectional design. The research subjects were pediatric patients with a diagnosis of cerebral palsy who performed the examination at Hasan Sadikin Hospital Bandung, with a history of premature birth. Samples were taken by purposive sampling technique with a total number of samples 30 patients. Statistical analysis using Chi-square statistical test.Result: The result of this research showed 7(23,3%) pediatric patients with a diagnosis of cerebral palsy had a history of pregnant women with administration of magnesium sulfate (MgSO4), and 23(76,6%) patients with a diagnosis of cerebral palsy has a history of pregnant women without administration of magnesium sulphate (MgSO4). The data were analyzed using Chi-square test and obtained ρ-value 0,001 <α = 0,05.Conclusion: There is a significant relationship between administration of magnesium sulfate in pregnant women and the incidence of cerebral palsy in premature infants at Hasan Sadikin Hospital Bandung.Key words: magnesium sulfate, preterm birth, premature infants, cerebral palsy
Hubungan Kadar Vitamin D Serum dengan Konsentrasi, Motilitas dan Morfologi Sperma pada Pria Subfertil di Klinik Teknologi Reproduksi Berbantu Aster Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Magnadi Yogi Rahma; Wiryawan Permadi; Anita Rachmawati; Jusuf Sulaeman Effendi; Tono Djuwantono; Budi Handono
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 3 Nomor 1 Maret 2020
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.481 KB) | DOI: 10.24198/obgynia/v3n1.89

Abstract

Tujuan: Untuk menganalisis hubungan kadar vitamin D dengan kualitas sperma pada pria subfertil, serta membandingkan kualitas sperma berdasarkan klasifikasi kadar vitamin D serum pada pria normospermia dan pria oligoasthenoteratospermia.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional analitik dengan rancangan studi potong lintang. Subjek penelitian adalah pria subfertil yang berusia 20-50 tahun, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 30 pasien normospermia dan 16 pasien oligoasthenoteratospermia berdasarkan berdasarkan kriteria World Health Organization 2010. Penelitian dilakukan di Klinik Teknologi Reproduksi Berbantu Aster, RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Analisis data menggunakan analisis korelasi rank SpearmanHasil: Pada penelitian ini didapatkan korelasi positif antara kadar vitamin D dan motilitas sperma ( r = 0,639, p = < 0,001), tetapi tidak didapatkan korelasi pada konsentrasi dan morfologi sperma ( p>0,05). Perbedaan yang bermakna didapatkan antara kadar vitamin D pada kelompok normospermia dan oligoasthenoteratospermia dengan nilai p<0,05. Pada perbandingan kualitas sperma berdasarkan klasifikasi kadar vitamin D hanya motilitas sperma saja yang memiliki perbedaan bermakna dengan nilai p<0,05.Simpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar vitamin D serum dan motilitas sperma.Correlation Of Vitamin D Serum Level With Concentration, Motility, And Morphology Of Spermatozoa Subfertil In Assisted Reproductive Technology Aster Clinic Hasan Sadikin Hospital BandungAbstractObjective: This study aims to analyze the relationship of vitamin D levels with sperm quality in subfertile men, as well as comparing sperm quality based on vitamin D serum levels classification in normospermic men and oligoasthenoteratospermia men.Method: This study is an analytic observasional with cross sectional design. Research subjects were subfertile men aged 20-50 years divided into 2 groups, consisting of 30 patients with normospermic and 16 patients with oligoasthenoteratospermia based on World Health Organization 2010 criteria. The research was conducted at Assisted Reproductive Technology Aster, RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Data analysis was using Spearman’s rank correlation analytic.Result: We found a positive correlation between vitamin D levels and sperm motility (r = 0.639, p = <0.001), but no correlation was found on sperm concentration and morphology (p> 0.05). There was a significant difference between vitamin D levels in normospermic and oligoasthenoteratospermia group with p <0,05. In the sperm quality comparison based on vitamin D serum classification, only sperm motility alone had a significant difference with the value of p <0.05. It was concluded that level of vitamin D serum has positive correlation with sperm motility.Key word: subfertile, vitamin D,  sperm quality
Rasio Low Density Lipoprotein dan High Density Lipoprotein pada Preeklamsi Berat dibandingkan dengan Kehamilan Normal di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Amran Amrullah; Budi Handono; Akhmad Yogi Pramatirta
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 2 Nomor 1 Maret 2019
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2349.542 KB) | DOI: 10.24198/obgynia.v2n1.79

Abstract

AbstractObjective: This study aims to distinguish level of  (LDL/HDL)  and Low Density Lipoprotein/High Density Lipoprotein  ratio in severe preeclampsia patient compared to normal pregnancy.Method:  The study design was comparative cross-sectional study with consecutive sampling method that compared the laboratory results of LDL, HDL and ratio LDL/HDL that met the inclusion criteria. Subjects of this study were severe preeclampsia and normal pregnancy patient that fulfilled the inclusion criteria (n=60) in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung during August-September 2017.Result: It is revealed that the differences in level of LDL and LDL/HDL ratios in both groups were significant with p value ≤ 0,05. But there were no differences in HDL level. Increased level of LDL/HDL ratio in pregnancy was related to increased risk of preeclampsia with cut-off point> 2,632. If the increased level of LDL/HDL above cut-off point then the insident of severe preeclampsia increased 21,36 times.Conclusion: It was concluded that level of LDL and LDL/HDL ratios in severe preeclampsia were higher than in normal pregnancy. The increased LDL/HDL ratio of > 2.632 increased the risk of severe preeclampsia by 21.36 times.Perbandingan Rasio Low Density Lipoprotein/High Density Lipoprotein antara Preeklamsi Berat dan Kehamilan Normal di RSUP Dr. Hasan Sadikin BandungAbstrakTujuan: Penelitian ini adalah untuk mencari perbedaan rasio Low Density Lipoprotein/High Density Lipoprotein (LDL/HDL) pada preeklamsi berat dibandingkan dengan kehamilan normal sebagai faktor risiko timbulnya preeklamsi.Metode: Rancangan penelitian kasus kontrol membandingkan LDL, HDL, dan rasio LDL/HDL penderita preeklamsi berat dan kehamilan normal (n=60) bulan Agustus-September 2017 di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung.Hasil: Hasil penelitian didapatkan perbedaan kadar LDL dan rasio LDL/HDL pada kedua kelompok secara bermakna dengan nilai p ≤0,05. Namun tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada kadar HDL. Peningkatan kadar LDL dan rasio LDL/HDL berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya preeklamsi dengan nilai cut-off > 2,632. Bila terjadi peningkatan rasio LDL/HDL diatas nilai cut-off maka risiko tejadinya preeklamsi berat sebesar 21,36 kali.Simpulan: Kadar LDL yang tinggi dan nilai cut-off rasio LDL/HDL >2,632 meningkatkan risiko terjadinya preeklamsi berat 21,36 kaliKata kunci: Preeklamsi, LDL, HDL, Rasio LDL/HDL
LAPORAN KASUS: Eksensefali sebagai Salah Satu Komplikasi Amniotic Band Syndrome Dewi Maharsita Sri Prajanta Putri; Hadi Susiarno; Budi Handono
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 1 Nomor 1 Maret 2018
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (583.578 KB) | DOI: 10.24198/obgynia.v1n1.18

Abstract

AbstrakAmniotic band syndrome(ABS) merupakan kelainan non genetik dengan spektrum luas dari  konstriksi dan amputasi sederhana pada jari ekstremitas hingga kelainan kraniofasial mayor hingga defek visera bahkan kematian. Beberapa laporan kasus menyebut anensefali merupakan contoh defek kraniofasial yang dihubungkan dengan ABS. Sonografi membantu diagnosis eksensefali sebagai kondisi peralihan menuju kondisi terminal anensefali sebagai kondisi yang lebih sering ditemukan yaitu kondisi otak janin sudah habis teresorbsi oleh cairan serebrospinal. Fetus dengan eksensefali tidak dapat bertahan hidup, sebagian besar berakhir dengan abortus, intrauterine fetal death dan stillbirth sehingga jika terdeteksi perlu dipertimbangkan untuk dilakukan terminasi kehamilan. Berdasar laporan kasus persalinan spontan Bracht di kamar bersalin RS Hasan Sadikin pada 1 Desember 2016, Ny RA 33 tahun, G3P1A1 gravida 30-31 minggu, letak sungsang, eksensefali, anemia. Pada laporan kasus ini ditemukan membran amniotik berfusi dengan kranium bayi dan absennya tulang tengkorak pada tempat perlekatan membran amnion.  Eksensefali pada kasus ini diperkirakan diawali oleh residu selaput korion berupa jaringan fibrosa yang membentang cavum korionik dan menekan kranium sehingga migrasi membran neurokranium tergganggu dan berakhir dengan akalvaria. Ekstremitas yang berkembang sempurna namun cacat pada beberapa segmen terutama tempat perlekatan membran amnion dan kranium  sesuai letak kejadian cincin konstriksi mendukung teori Torpin. Kata kunci: amniotic band syndrome; acrania Exencephaly as One of Amniotic Band Syndrome ComplicationAbstractAmniotic Band Syndrome includes a spectrum of non-genetic anomalies, varying from simple digital band constriction to major craniofacial and visceral defects, and even fetal death. Anencephaly represents the most common neural tube defect. Sonographic as well as pathologic evidence points to a close link between exencephaly (also frequently referred to as “acrania”) and anencephaly. It has been proposed that the brain tissue of exencephalics may gradually degenerate due to the exposure to amniotic fluid in combination with mechanical trauma. ABS is an aetiological factor in exencephaly. Appropriate counselling for affected families needs to be given after prenatal diagnosis. Based on medical report Mrs RA 33 years old , G3P1A1 30-31 weeks of pregnancy, breech presentation, exencephaly, anemia that delivered her baby on Delivery Room Hasan Sadikin General Hospital at December 1,2016.Amniotic membrane found  fused with fetal cranium and on its attachment found that the cranium was absent (acrania) In the case reported here, the amniotic membrane was well fused to the scalp, and skull bones were absent on the site of attachment of the amniotic membrane. This case supports Torpin’s hypothesis of early amnion rupture, with failure of the cranial bones to develop at the site of attachment of the amniotic band as “early amnion disruption sequence.”. The fibrous strands would entangle and entrapped the fetal head, resulting in faulty migration of the membranous neurocranium which leads to exencephaly on this case. Keywords: Amniotic band syndrome; exencephaly
Perbandingan Faktor Determinan dan Luaran Preeklamsi Periode Sebelum dan Saat Program Jaminan Kesehatan Nasional Dilaksanakan Irene Leha; Johanes C Mose; Budi Handono; Anita Deborah Anwar; Zulvayanti Zulvayanti; Hanom Husni Syam
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 2 Nomor 1 Maret 2019
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.862 KB) | DOI: 10.24198/obgynia.v1n2.102

Abstract

AbstrakTujuan: Mencari perbedaan faktor determinan (karakteristik dan faktor risiko), morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi dalam kasus preeklamsi pada periode sebelum dan saat program Jaminan Kesehatan Nasional dilaksanakan.Metode: Rancangan penelitian ini adalah studi cross-sectional terhadap data sekunder untuk menganalisis karakteristik faktor risiko, morbiditas dan mortalitas pada kejadian preeklamsi di RSUP Dr. Hasan Sadikin antara periode Maret−September 2012−1 Januari 2016−31 Desember 2017. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan Februari−Mei 2018.Hasil: Didapatkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada(usia, pasien, indikator, antenatal care, dan penyakit-penyakit)  subjek penelitian. Didapatkan peningkatan angka seksio sesarea pada kasus preeklamsi (p<0,001). Tidak ditemukan perbedaan yang bermakna pada angka kematian ibu dengan kasus preeklamsi (p=0,366). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada hasil luaran perinatal pada subjek penelitian dari segi skor APGAR, kejadian stillbirth dan kematian neonatal dini.Simpulan: Pada periode saat program JKN dilaksanakan terdapat perbedaan karakteristik dan faktor risiko ibu preeklamsi, serta terdapat peningkatan angka seksio sesarea. Tidak didapatkan perbedaan angka mortalitas ibu dan luaran (morbiditas dan mortalitas) bayi.Comparison of Determinant Factors and Outcome of Preeclampsia in Periods Before and When the National Health Insurance Program was ImplementedAbstractObjective: To distinguish determinant factors (characteristics and risk factors), maternal and neonatal morbidity and mortality in preeclampsia cases in periods before and when the National Health Insurance program was implemented. Method: The study design is cross sectional analyticstudy  by taking the data from medical record to analyze the determinant factor (characteristics and risk factors), morbidity and mortality of preeclampsia at Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung on March−September 2012 and January 2016−December 2017. This study was conducted in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung during February-May 2018.Results: There is a significant difference (P<0.05) in characteristics and risk factor subject of research in terms of age, gestational age, parity, educational degree,  ANC, a history of hypertension and cardiovascular disorder. There is an incrising of cesarean section rate on preeclampsia cases (p<0.001).There is no  significant difference in maternal mortality and perinatal outcomes (APGAR score, stillbirth and early neonatal death). Conclusion: There are differences in determinant factor (characteristics and risk factors) preeclampsia when the National Health Insurance program was implemented. There was no difference in maternal mortality and perinatal outcomes.Key words: preeclampsia, National Health Insurance, maternal and perinatal outcome
Luaran Kehamilan pada Pasien dengan Infertilitas Berkaitan dengan Endometriosis, Infertilitas karena Faktor Tuba, dan Unexplained Infertility, setelah Menjalani Prosedur IVF / ICSI di Klinik Aster RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Dewi Retno Wulandari; Budi Handono; Anita Rachmawati; Dini Hidayat
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 3 Nomor 2 September 2020
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia/v3n2.206

Abstract

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan luaran kehamilan dari setiap penyebab infertilitas pada pasien yang dilakukan teknologi reproduksi berbantu.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analisis komparatif yang dilakukan secara longitudinal retrospektif. Data didapatkan dari rekam medik pasien dengan infertilitas terkait endometriosis, faktor tuba, dan unexplained infertility, setelah menjalani prosedur in vitro fertilization dan intra cytoplasmic sperm injection pada  Januari 2013− Desember 2018. Luaran yang dinilai pada penelitian ini adalah kehamilan, abortus, dan kehamilan ektopik. Hasil: Sebanyak 94 pasien menjadi subjek penelitian ini. Infertilitas karena faktor tuba menjadi penyebab infertilitas terbanyak (74,5%) dan unexplained infertility menjadi penyebab terjarang (8,5%).  Intra cytoplasmic sperm injection merupakan metode reproduksi berbantu yang paling sering dilakukan (78,7%). Luaran kehamilan dengan persalinan terjadi pada 65 subjek (69,1%) sementara sisanya abortus. Tidak terdapat kejadian kehamilan ektopik. Tidak terdapat perbedaan bermakna dalam luaran kehamilan berdasarkan penyebab infertilitasnya (p=0,21).Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan luaran kehamilan baik partus ataupun abortus pada pasien yang dilakukan teknologi reproduksi berbantu berdasarkan penyebab infertilitasnya.Pregnancy Outcomes in Patients with Infertility Related to Endometriosis, Infertility due to Tubal Factors, and Unexplained Infertility, After Undergoing IVF/ICSI Procedures in Aster Clinic General Hospital Dr. Hasan Sadikin BandungAbstractObjective: This study was aimed to describe and compare the pregnancy outcomes in each cause of infertility on patients who get assisted-reproduction technology procedure.Method: This was an analytic comparative study, that conducted longitudinal-retrospectively. The data were obtained from medical records of patients with endometriosis associated infertility, tubal factors associated infertility, and unexplained infertility after got either in vitro fertilization or intra cytoplasmic sperm injection procedure from January 2013–December 2018. The pregnancy outcomes consisted of delivery, abortion, or ectopic pregnancy. Result: A total of 94 patients were enrolled in this study. Tubal factors was the commonest cause of infertility (74.5%) and unexplained infertility was the most rarely cause of infertility (8.5%). Intra cytoplasmic sperm injection was the most frequent procedures (78.7%). Labor were  occurred in 65 subjects (69.1%) and the remains aborted.  Ectopic pregnancy was not occurred. There was no significant difference in pregnancy outcomes according the causes of infertility. (p=0,21).Conclusion: Pregnancy outcomes, both labor and abortion, were not different based on the cause of infertility among patients who get assisted-reproduction technology procedure.Key words: assisted-reproduction technology, in vitro fertilization, infertility, intra cytoplasmic sperm
Hubungan Kadar Asam Urat, Laktat Dehidrogenase, Aspartat Aminotransferase Serum Penderita Preeklamsi Berat Disertai Komplikasi dan tanpa Komplikasi Galih Apriadi; Budi Handono; Akhmad Yogi Pramatirta; Jusuf S. Effendi; Tita Husnitawati Madjid; Adhi Pribadi
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 3 Nomor 1 Maret 2020
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (868.094 KB) | DOI: 10.24198/obgynia/v3n1.195

Abstract

Tujuan: penelitian ini untuk mencari perbedaan kadar asam urat, laktat dehydrogenase (LDH) dan aspartat aminotransferase (AST) pada serum penderita preeklamsi berat disertai komplikasi dan tanpa komplikasi dan mengukur kuatnya hubungan peningkatan kadar asam urat, LDH dan AST dengan peningkatan risiko terjadinya komplikasi pada pasien preeklamsi berat. Metode: Rancangan penelitian ini adalah penelitian comparative cross sectional dengan metode consecutive sampling. Subjek penelitian adalah penderita preeklamsi berat disertai komplikasi dan tanpa komplikasi (n=68). Hasil: Hasil penelitian didapatkan perbedaan kadar asam urat, LDH dan AST pada kedua kelompok secara bermakna dengan nilai p ≤ 0,05. Peningkatan kadar asam urat, LDH dan AST berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya komplikasi dengan nilai cut off kadar asam urat > 6,5 mg/dL sebesar 33 kali, LDH > 573 U/L sebesar 8,95 kali dan AST > 30 U/L sebesar 5,19 kali. Jika terjadi peningkatan seluruh kadar asam urat, LDH dan AST diatas nilai cut off maka risiko terjadinya komplikasi sebesar 98,1%.Kesimpulan: Penelitian ini menyimpulkan kadar asam urat, LDH, AST pada preeklamsi berat disertai komplikasi lebih tinggi dibandingkan preeklamsi berat tanpa komplikasi dan peningkatan kadar asam urat, LDH, AST berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya komplikasi pada preeklamsi berat. Relations of Uric Acid, Lactat Dehydrogenase, and Aspartat Aminotransferase Serum LevelIn Severe Preeclampsia with and Without ComplicationsAbstractObjective: This study compared level of uric acid, LDH, and AST level between severe preeclampsia patients with complication and without complication, and measured correlation between the rise level of uric acid, LDH and AST towards the increased risk of complication in patient with severe preeclampsia.Method: The study design was comparative cross sectional study with consecutive sampling method that compare the results of laboratorium uric acid, LDH, AST between complications and without complications group. Subjects of this study were severe preeclampsia patients with and without complication that fulfilled study criteria (n=68). Result:    It is revealed that the differences level of uric acid, LDH, and AST in both groups were significant with p value ≤ 0.05. Increase level of uric acid, LDH, and AST were related to inreased risk of complication in severe preeclampsia occurence with cut off point of uric acid level of > 6.5 mg/dL by 33 times, LDH level of > 573 U/L by 8.95 times, and AST level of > 30 U/L by 5.19 times. If all uric acid, LDH, and AST level rise above the cut off value so the risk of complication of severe preeclampsia will rise by 98.1%. Conclusion: It is concluded that level of uric acid, LDH, and AST in severe preeclampsia with complication were higher than severe preeclampsia without complication and the rise of uric acid, LDH, and AST were related with the rise of complication risk on severe preeclampsia.     Key word: Severe preeclampsia, complication, uric acid, LDH, AST  
Hubungan antara Kadar Hemoglobin dan Jumlah Leukosit dengan Kejadian Prematuritas di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung Idham Rizali Saleh; Johanes C. Mose; Budi Handono
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 4 Nomor 2 September 2021
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/obgynia/v4n2.282

Abstract

Tujuan: Untuk mengetahui adanya hubungan antara kadar hemoglobin dan kadar leukosit maternal dengan kejadian prematuritas di Rumah Sakit Umum Pendidikan Dr. Hasan Sadikin Bandung. Metode: Rancangan penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studi potong-lintang. Subjek penelitian adalah pasien dengan persalinan pada kehamilan usia 24–42 minggu di Rumah Sakit Umum Pendidikan Dr. Hasan Sadikin Bandung periode Januari – Desember 2019 yang berjumlah 82 pasien. Dilakukan pengumpulan data dari rekam medis pasien berupa usia kehamilan, kadar hemoglobin, kadar leukosit, dan faktor perancu berupa usia, tingkat pendidikan, dan tingkat paritas. Hubungan antara kadar hemoglobin dan jumlah leukosit dengan persalinan prematur dianalisis statistik dengan uji Chi-square. Variabel-variabel perancu akan dikendalikan melalui analisis multivariat dengan regresi logistik. Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar hemoglobin dan kadar leukosit dengan terjadinya persalinan prematur (p<0,05). Hasil analisis dengan uji regresi logstik menunjukkan bahwa tetap terdapat hubungan bermakna antara kadar hemoglobin (OR 0,27; p<0,05) dan kadar leukosit (OR 3,60; p<0,05) dengan persalinan prematur setelah dilakukan pengendalian faktor perancu. Kesimpulan: Kadar hemoglobin dan kadar leukosit memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian persalinan prematur tanpa dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, dan tingkat paritas. Associated Between Hemoglobin and Leukocytes Levels with the Incidence of Prematurity in Dr. Hasan Sadikin General Hospital BandungAbstract Objective: To examine whether an association exists between maternal hemoglobin and leukocyte level and the risk of preterm delivery in Rumah Sakit Umum Pendidikan Dr. Hasan Sadikin Bandung. Method: An analytical cross-sectional study involving 82 pregnant women who delivered at 24 – 42 weeks gestation at Rumah Sakit Umum Pendidikan Dr. Hasan Sadikin Bandung in January – December 2019 was conducted. Gestational age, maternal hemoglobin level, maternal leukocyte level, and confounding factors including age, education level, and parity data were collected from patients’ medical records. The association between maternal hemoglobin and leukocyte level with the risk of preterm delivery was analyzed using Chi-Square test. Multiple logistic regression models were used to control for confounding variables. Result: Maternal hemoglobin and leukocyte level were significantly associated with the risk of preterm delivery (p<0.05). Multiple logistic regression models showed that the associations between maternal hemoglobin level (OR 0.27; p<0.05) and maternal leukocyte level (OR 3.60; p<0.05) with the risk of preterm delivery were still significant after adjusting for confounding variables. Conclusion: Maternal hemoglobin and leukocyte level were significantly associated with the risk of preterm delivery after adjusting for age, education level, and parity. Key word: Hemoglobin, Prematuritas, Leukocyte.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perempuan Usia Reproduksi dalam Mencari Bantuan Penanganan Inkontinensia Urin di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Indra Gazali; Benny Hasan Purwara; Edwin Armawan; Jusuf Sulaeman Effendi; Budi Handono; Hadi Susiarno
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 2 Nomor 1 Maret 2019
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.996 KB) | DOI: 10.24198/obgynia.v2n1.81

Abstract

AbstrakTujuan: Inkontinensia urin merupakan kondisi yang sering dialami wanita. Meskipun demikian, hanya kurang dari setengah wanita dengan gejala tersebut yang berkonsultasi ke dokter mengenai inkontinensia, dan faktor penentu dalam pengobatan tidak dipahami dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis apakah faktor pengetahuan, budaya, pendidikan, dan penghasilan memengaruhi pasien inkontinensia urin tidak berobat ke rumah sakit, serta mengetahui faktor yang paling dominan dan alasan-alasan pasien inkontinensia urin tidak berobat ke rumah sakit.  Metode: Jenis penelitian ini adalah metode kombinasi (mixed methods) dengan desain penelitian cross sectional atau potong lintang. Sampel pada penelitian ini berjumlah sebanyak 70 pasien menderita inkontinensia urin. Adapun pasien yang diwawancarai adalah sebanyak 10 orang pasien atau informan. Hasil: Penelitian kuantitatif pada variabel faktor pendidikan dan faktor penghasilan, hasil analisis Kolmogorov test terlihat nilai P>0.05. Pada variabel faktor pengetahuan dan faktor budaya, hasil analisis Kolmogorov test terlihat nilai P<0.05 Kesimpulan: Penelitian kuantitatif dari empat faktor yang berpengaruh adalah variabel faktor pengetahuan dan budaya, sedangkan yang paling berpengaruh adalah variabel faktor budaya, Pada hasil penelitian kualitatif diketahui bahwa faktor pengetahuan dan budaya paling banyak berpengaruh, hal ini dikarenakan pengetahuan responden tentang inkontinensia urin sangat kurang serta rasa malu pada diri responden apabila ada orang lain yang mengetahui mengenai inkontinensia urin yang dideritanya. Factors Associated with Women’s Treatment for Urinary Incontinence in Dr. Hasan Sadikin HospitalAbstractObjective: Urinary incontinence is a highly prevalent and burdensome condition among women. However, fewer than half of women with symptoms talk to a physician about incontinence. The factors, including knowledge, culture, education, and income, the most dominant factor influence anf the reason  patient of urinary incontinence not to go to hospital.Method: The method used in this research is mixed methods with cross sectional research design. The sample amounted to 70 patients suffering from urinary incontinence. The patients interviewed were 10 patients / informants.Result: The quantitative research with Kolmogorov test  is known that on variable of educational and income factors, with P >0,05. The knowledge and cultural factors result with P <0,05. Conclusion: There is correlation between knowledge and eastern culture with urinary incontinence patient not treatment at polyclinic RS Hasan Sadikin Bandung, the most dominant factor influencing is the culture factor, as well as the reasons patients with urinary incontinence do not go to the hospital is due to not knowing that urinary incontinence is a disease and a shame.Key words: Urinary incontinence, knowledge factor, cultural factor, educational factor, income factor